Jumat, 08 Oktober 2010

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

Definisi.
      Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38oC ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang ( konvulsi ) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol  dari sel saraf korteks cerebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran, aktifitas motorik dan atau gangguan fenomena sensori.

     Pedoman untuk membuat diagnosa kejang demam sederhana ialah :
1.      Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2.      Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3.      Kejang bersifat umum.
4.     Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5.     Frekuensi  bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.      

Etiologi
 Hingga kini belum diketahui dengan pasti.  Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis    media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.  Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang – kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan demam.

Penatalaksanaan
Pemberantasan kejang secepat mungkin
Segera diberikan diazepam intravena           ®                      dosis rata-rata  0,3 mg/kg
Atau                                                                                                                        dosis  £  10 kg : 5 mg
diazepam rectal                                                                                     dosis ≥  10 kg : 10 mg
bila kejang tidak berhenti                                                                 
tunggu 15 menit


dapat diulang dengan cara/dosis yang sama
                               

                                                                berikan dosis awal fenobarbital
kejang berhenti.                                                    dosis         :               neonatus                                :               30 mg I.M
                                                                                                                bulan – 1 tahun     :               50 mg I.M
                                                                                                                                >  1 tahun              :               75 mg I.M
Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri.  Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.  Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin.  Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung.  Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres dingin dan pemberian antipiretik. 

Pengobatan Profilaksis.
-       Profilaksis Intermiten saat demam
Diberikan Diazepam secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dpt pula diberikan secara intra rektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg bila BB < 10 kg dan 10 mg bila BB > 10 kg setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 oC.
-       Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari.
Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak.  Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan Fenobarbital dosis maintenance  8-10 mg/kg BB dibagi  2 – 3 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi
2 – 3 dosis pada hari berikutnya.

Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
-       Semua pakaian ketat dibuka
-       Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
-       Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin  kebutuhan oksigen
-       Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian

a.        Aktifitas / Istirahat
Gejala              :  Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri/     orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda             :  Perubahan tonus / kekuatan otot
   Gerakan involunter / kontraksi otot  ataupun sekelompok otot.

b.        Sirkulasi
Gejala              :  Hipertensi, peningkatan nadi sianosis.
Tanda           : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.


c.        Eliminasi
Gejala              :  Inkontinensia episodik.

Tanda        :  Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.

Otot relaksasi yg menyebabkan inkontenensia ( baik urine/fekal ).

d.       Makanan dan cairan

Gejala              :  Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang

                                           berhubungan dengan aktifitas kejang.

e.        Neurosensori
Gejala             :       Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.

f.         Nyeri / kenyaman.
Gejala             :       Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda            :       Sikap / tingkah laku yang berhati – hati. Perubahan pada tonus otot. Tingkah laku distraksi / gelisah.

g.        Pernafasan
   Gejala             :        Apneu, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan sekresi mukus.
                      
  1. Diagnosa Keperawatan.
 Diagnosa  keperawatan yang sering muncul
a.        Resiko terhadap bersihan jalan nafas / pola nafas tidak efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat gangguan persyarafan otot.
b.        Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan gerakan tonik / klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang.
c.        Peningkatan suhu tubuh ( hypertermia ) berhubungan dengan proses penyakit.
d.       Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
e.        Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan ( orang tua ) tentang kondisi, pengobatan dan aktifitas  kejang selama episode kejang.

  1. Rencana Keperawatan
Menurut Carpenito ( 1999 ) , rencana keperawatannya meliputi :
a.         Resiko terhadap bersihan jalan nafas / pol tidak efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat gangguan persyarafan otot.
Intervensi :
1). Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang   tongue spatel.
2).  Singkirkan benda – benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan ( misal : gurita ).
3).  Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
4).  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 dan obat anti kejang.

b.         Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan gerakan tonk / klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang.
Intervensi :
1).  Jauhkan benda – benda yang ada disekitar klien. 
2). Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak jatuh ke belakang, menyumbat jalan nafas.
3).  Awasi klien dalam waktu beberapa lama selama / setelah kejang.
4).  Observasi tanda – tanda vital setelah kejang.
5).  Kolaborasi dnegna dokter untuk pemberian obat anti kejang.

c.          Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Intervensi :
1).  Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
2).  Observasi tanda vital tiap 4 jam atau lebih.
3).  Kaji saat timbulnya demam.
4). Berikan penjelasan pada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan.
5).  Anjurkan pada keluarga untuk memberikan masukan cairan 1,5 liter/hari.
6).  Beri kompres dingin terutama bagian frontal dan axila.
7).  Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan obat antipiretik.

d.         Peningkatan suhu tubuh ( hypertermia ) berhubungan dengan proses penyakit.
Intervensi :
1).  Observasi tanda vital tiap 4 jam atau lebih.
2). Kaji saat timbulnya demam.
3). Berikan penjelasan pada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan.
4). Anjurkan pada keluarga untuk memberikan masukan cairan 1,5 liter/hari.
5). Beri kompres dingin terutama bagian frontal dan axila.
6). Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan obat antipiretik.

e.          Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik  berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan ( orang tua ) tentang kondisi, pengobatan, aktifitas, kejang selama perawatan.
Intervensi :
1.         Jelaskan pada keluarga tentang pencegahan, pengobatan dan aktifitas selama kejang.
2.        Jelaskan pada keluarga tentang faktor – faktor yang menjadi pencetus timbulnya kejang, misal : peningkatan suhu tubuh.
3.        Jelaskan pada keluarga, apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama walaupun diberikan obat, segera bawa klien ke rumah sakit terdekat.